Kamis, 29 Mei 2008

Di Makam Sunan Giri


Empat kilo meter dari alun-alun kota Gresik, Jawa Timur, tepatnya di Desa Giri, Kecamatan Kebomas sebuah tanda menunjuk arah: Makam Sunan Giri.
Giri adalah bahasa lain untuk gunung. Sebab, ulama yang punya beberapa nama ini, mendirikan pesantren di sebuah bukit yang kemudian dikenal dengan Sunan Giri. Beberapa nam yang dia punya adalah: Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Fatah, Raden Ainul Yakin dan Joko Samudra. Nama terakhir ini didapat sebab saat bayi, sunan dibuang oleh ibunya Ratu Sekardadu, putri Blambangan (Majapahit akhir) ke luat karena dipercaya membawa kutukan.
Oleh sekelompok nelayan sunan yang masih orok ditemukan, dan kemudian dirawat oleh pemilik kapal Nyi Gede Pinatih. Gresik memang dekat dengan laut. Dari sebuah musola, yang ada di kompleks makam, terlihat Pulau Madura dan juga pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Untuk mencapai kompleks makam Sunan Giri, harus meniti anak tangga yang cukup banyak. Di sisi kanan akan berjejer para penjual makanan dan souvenir sedangkan di sisi kiri para pengemis menadahkan tangan meminta belas kasihan, dari anak-anak hingga orang tua.
Makam Sunan giri berada pada sebuah lokasi yang dipagari oleh dinding kayu berhias kembang. Untuk memasukinya, diharapkan daftar terlebih dahulu kepada seorang penjaga makam yang duduk di sana lengkap dengan nampan tempat menampung derma dari para peziarah. Untuk masuk ke dalam makam Sunan Giri, perlu membungkukan badan sebab pintunya kecil, dengan kapasitas paling banyak 20 orang.
Dalam kompleks makam, juga terdapat kuburan anak-anak Sunan Giri seperti Raden Dalem dan Sunan Panepen. Rata-rata makam bercungkup tinggi dengan dominasi warna putih bersih.
Ada sederet peraturan untuk masuk ke kompleks makam yang tertera di sana, antara lain: harus membuka alas kaki dan tidak boleh memotret.
Karena letaknya yang berada di datarang tinggi, udara lumayan segar dengan hembusan semilir angin. Tak jauh dari kompleks makam, ada sebuah lorong tempat orang berjualan. Di sana dijual peralatan sholat, seperti songkok, tasbih, perhiasan, sampai batik yang sudah ditulisi bacaan "Sunan Giri Gresik".
Di pelataran parkir, beberapa penarik ojek dan delman sudah siap menunggu. Hari-hari biasa tampak sepi. Tapi bila bertepatan dengan selawean atau tanggal 25 puasa, ramai oleh para peziarah yang membuat pedagang tumpah ruah di sana menjajakan dagangannya. Salah satunya adalah lukisan kurung. Ini adalah lukisan khas Gresik karyaalmarhumah Masmundari. Sayang, ketika saya tanya, di mana rumah Masmundari, tak banyak orang yang tahu. Bahkan tidak banyak juga yang tahu lukisan kurung itu seperti apa. Padahal, perempuan itu pernah membawa harum nama Gresik dengan karya-karyanya. Dia juga pernah diberi anugerah seni oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Di Jakarta, namanya cukup dikenal karena memamerkan karya yang tidak lazim pada sebuah kerta. Umumnya, tentang keseharian, imajinasi dan ingatan masa lalu sang pelukis. Mirip lukisan anak-anak tapi sangat impresif.

Tidak ada komentar: