Jumat, 30 Mei 2008

Burung Pembawa Kabar Kematian

"Bila kamu menyembelihnya, akan kamu temukan kapas dalam tubuh burung itu," demikian sahabat yang sudah saya lupa namanya menjelaskan ikhwal burung pemberi kabar kematian. Burung dengan suara khas yang bisa membuat badan merinding itu, bersuara seperti memanggil arwah: Cuit...cuit...cuit cuccuiiit..." Atau ada juga yang mendengarnya dengan bunyi lain: Tiirr...tiirr..tiiiir... Namun yang pasti, suara pertama akan meninggi tapi kemudian melemah.

Kono, bila suara burung itu terdengar di sore hari, terlebih saat hari gerimis, maka seseorang akan meninggal dunia. Di sebuah kampung yang sedang terserang wabah penyakit, suara burung ini menandakan bahwa malaikat maut sudah berada di sisi orang sakit.

Oleh orang Jawa burung ini disebut Wiwik, atau dalam bahasa Latin disebut Cacomantis merulinus. Orang Sunda menyebutnya manuk Siut Uncuing. Masyarakat di pedesaan yang mendengar suara burung ini, akan segera membaca istighfar. Namun di kota-kota besar suara burung ini sudah jarang kita dengar.

Tapi menurut para ahli burung, suara burung si pembawa kematian itu tidak terlalu dikhawatirk an. Sebab burung ini akan berdendang sesuai dengan suara hatinya: bila hari sedang mendung terlebih saat musim hujan maka suaranya akan ngelangut, persis yang sering kita dengar dalam mitos burung pembawa kabar kematian. Namun saat musim kemarau, suaranya akan terdengar lebih riang, sehingga membuat orang yang mendengarnya jadi ikut girang.

Sayangnya, suara burung itu jarang kita dengar lagi. Saat melintas di beberapa pekuburan di Jakarta di saat senja menjelang malam pun, telinga saya sudah tidak mendengarnya lagi. Kemanakah burung itu?

Bila mendengarnya saya selalu teringat pada pesan kawan masa kecil: "Jangan menangkapnya, dia berkawan dengan hantu," katanya.

1 komentar:

j mengatakan...

kalau nak dengar boleh datang rumah saya