Senin, 29 Juni 2009

Kramat

Kramat atau keramat, bagi penduduk Jakarta merujuk kepada pengertian kuburan. Ada pepatah yang masyhur, "Orang tua itu seperti keramat hidup". Maksudnya, setiap orang tua harus dihormati dan rajin didatangi seperti kalau kita pergi ke kuburan.

Beberapa tempat di Jakarta memang berkaitan dengan kata kramat. Misalnya, Kramat Jati, Kramat Pulo, Kramat Manggis atau Kramata Tunggak (anda masih ingat dengan yang terakhir ini?). Hal itu menandakan bahwa dulu di sana dulu ada kuburan, yang tidak selalu berupa kompleks pemakaman. Bisa saja hanya satu atau dua makam saja.

Kata kramat juga bisa bermakna keramat yang artinya sesuatu yang dianggap magis, suci atau memiliki kelebihan. Ya, seperti benda keramat pada batu atau keris dan sejenisnya. Dan hingga sekarang, masih banyak orang yang menganggap keramat benda-benda itu.

Selain kramat, ada istilah lain untuk kuburan yakni kober. Kata ini juga terkenal di beberapa tempat. Para mahasiswa Universitas Indonesia (atau siapa saja yang melintasi kawasan Depok) akan biasa mendengar teriakan kernet bis yang berbunyi " kober, kober"di sebuah gang kecil yang akan menuju ke kampus UI. Padahal setelah saya tengok kiri kanan, tak ditemukan adanya kuburan.

Hal yang cukup lazim pula, bila ada nama gang atau jalan diberi nama yang berkaitan dengan kuburan. Di Kawasan Kebayoran Lama, ada nama jalan "Kubur Islam." Dan memang di sana ada kompleks pekuburan yang tidak begitu luas. Saya juga pernah melihat nama gang kubur (tapi lupa di mana). Orang-orang di Jakarta ini tampaknya tidak begitu takut dengan kuburan atau kramat. Toh mereka biasa saja kalau pun rumahnya berhimpitan dengan kuburan. Atau nama jalannya diberi nama kuburan. Kuburan tidak menyeramkan lagi.